Monday, May 02, 2016

Sejarah Tari Legong di Bali

Tari Legong masuk dalam golongan tari klasik Bali. Tarian ini sangat kompleks, diiringi musik yang kompleks pula. Apa dan bagaimana asal-usul tari Legong? 
Sejarah tari legong bali
foto
Kata Legong berasal dari leg yang berarti sebuah gerak tari yang luwes, dan gong yang artinya gamelan. Tari legong boleh dikata tarian klasik bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang kompleks, terikat struktur tubuh pengiring. 
Legong ini erat kaitannya dengan gambuh. Gerak tari legong terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Tarian Legong mula-mula dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua
Menurut Babad Dalem Sukawati, tari Legong tercipta berdasarkan mimpi I Dewa Agung Made Karna, Raja Sukawati yang bertahta tahun 1775-1825 M. Ketika beliau melakukan tapa di Pura Jogan Agung desa Ketewel ( wilayah Sukawati ), beliau bermimpi melihat bidadari sedang menari di surga. Mereka menari dengan menggunakan hiasan kepala yang terbuat dari emas.
Ketika beliau sadar dari semedinya, segera memerintahkan Bendesa Ketewel untuk membuat beberapa topeng yang wajahnya tampak dalam mimpi ketika melakukan semedi di Pura Jogan Agung dan memerintahkan pula agar membuatkan tarian yang mirip dengan mimpinya. Akhirnya Bendesa Ketewel pun mampu menyelesaikan sembilan topeng sakral sesuai permintaan I Dewa Agung Made Karna. Pertunjukan tari Sang Hyang Legong pun dapat dipentaskan di Pura Jogan Agung oleh dua orang penari perempuan.
Tak lama setelah tari Sang Hyang Legong tercipta, sebuah grup pertunjukan tari Nandir dari Blahbatuh yang dipimpin I Gusti Ngurah Jelantik melakukan sebuah pementasan yang disaksikan Raja I Dewa Agung Manggis, Raja Gianyar kala itu. Beliau sangat tertarik dengan tarian yang memiliki gaya yang mirip dengan tari Sang Hyang Legong ini, seraya menitahkan dua orang seniman dari Sukawati untuk menata kembali dengan mempergunakan dua orang penari wanita sebagai penarinya. Sejak itulah tercipta tari Legong klasik yang kita saksikan sekarang ini.
Penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum akil-baliq alias mendapat belum menstruasi, Para penari legong menari di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari inilah yang disebut legong. Mereka selalu dilengkapi kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tarian, legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papesonpangawakpengecet, dan pakaad.
Legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi lantas dimulai 1960-an.
Jenis-jenis Legong
Terdapat sekitar 18 tari legong yang dikembangkan di selatan Bali, seperti di Gianyar (Saba, Bedulu, Pejeng, Peliatan), Badung (Binoh dan Kuta), Denpasar (Kelandis), dan Tabanan (Tista).Apa saja jenis-jenis Legong:?
1. Legong Lasem (Kraton)
Legong ini tergolong populer dan sering ditampilkan di pertunjukan pertunjukan wisata. Tari ini dikembangkan di Peliatan. Tarian yang baku ditarikan oleh dua orang legong dan seorang condong. Condong tampil pertama kali, lalu menyusul dua legong yang menarikanlegong lasem. Tari ini mengambil dasar dari cabang cerita Panji (abad ke-12 dan ke-13, masa Kerajaan Kadiri), yaitu tentang keinginan raja (adipati) Lasem (sekarang masuk Kabupaten Rembang) untuk meminang Rangkesari, putri Kerajaan Daha (Kadiri), namun ia berbuat tidak terpuji dengan menculiknya. Sang putri menolak pinangan sang adipati karena ia telah terikat oleh Raden Panji dari Kahuripan. Mengetahui adiknya diculik, raja Kadiri, yang merupakan abang dari sang putri Rangkesari, menyatakan perang dan berangkat ke Lasem. Sebelum berperang, adipati Lasem harus menghadapi serangan burung garuda pembawa maut. Ia berhasil melarikan diri tetapi kemudian tewas dalam pertempuran melawan raja Daha.
2. Legong Jobog
Kisahnya berasal dari cuplikan Ramayana tentang persaingan dua bersaudaraSugriwa dan Subali (Kuntir dan Jobog) yang memperebutkan ajimat dari ayahnya. Karena ajimat itu dibuang ke danau ajaib, keduanya bertarung hingga masuk ke dalam danau. Tanpa disadari, keduanya beralih menjadi kera dan selalu bertempur. 
3. Legong Legod Bawa
Dewa Brahma dan Dewa Wisnu bersaing membanggakan kekuatan masing-masing. Dewa Siwa menjadi penengah dengan cara berubah menjadi lingga sembari mengajukan syarat barang siapa yang mampu menemukan ujung lingga tersebut, maka dia lebih sakti mandraguna.

4. Legong Kuntul
Beberapa burung kuntul asyik bercengkrama.

5. Legong Palayon
Anak-anak selalu tanpa beban dan senantiasa bemain dan bermain. Bermain gamelan pun tanpa beban. Ceria dan gembira. 

6. Legong Candrakanta
Bulan dan matahari bertemu sehingga terjadi gerhana yang mengakibatkan dunia menjadi gelap. Setelah ada sesajen, kentongan , serta puji-pujian, Bulan kembali bersinar.

7. Legong Kupu Tarum
Kupu-kupu riang gembira berlari dari ranting ke ranting. Diciptakan I Wayan Beratha tahun 1960-an. 

Asal-usul Negeri Kelantan, Malaysia

Negeri Kelantan memiliki sejarah unik. Tahun 1411 M (814 H) di wilayah itu, hidup Raja beragama Islam bernama Ku Umar, entah dari mana asalnya. Raja Ku Umar menjalin hubungan dengan Raja China, Tahun 1412 M, Ku Umar menerima kain-kain sutera dan surat kepujian dari Raja China itu.
Setelah itu, Kelantan diperintah Sultan Iskandar sampai 1465 M. 
Raja setelah itu adalah Putera Baginda Sultan Mansur. Saat Sultan Mansur, nama Kelantan termasyhur sampai ke negeri Malaka di bawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah. Pada 1477 M, Sultan Melaka menyerang Kelantan. Baginda Sultan Mahmud Shah akhirnya menikahi Puteri Sultan Mansur yang bernama Onang Kening, Onang Kening ini merupakan ibu dari  Raja Perak yang pertama, iaitu Sultan Muzaffar Shah (1528 M).
Sultan Mansur Shah wafat tahun 1526 M (928 H), dan digantikan putranya "Sultan Gombak". Setelah baginda Raja Gombak mangkat, cucu baginda yang telah dijadikan putera angkat, Raja Ahmad,  menjadi Sultan Kelantan pada 1584 M (992 H). Sultan Ahmad menikahi Cik Banun Puteri Seri Nara DiRaja, sepupu Raja Hussein di sebelah isteri Lela Wangsa Pahang. Keduanya dikaruniai seorang puteri Cik Siti Wan Kembang.
Sultan Ahmad mangkat pada 1589 M, saat Cik SIti Wan Kembang berusia 4 tahun. Maka Raja Hussein dari Johor telah dilantik menjadi Pemangku Raja Pemerintah Kelantan. Raja Hussein mangkat pada 1610 M (1018 H). Cik Wan Kembang ditabalkam menjadi Permaisuri Kelantan. Baginda bersemayam di Gunung Chinta Wangsa, Ulu Kelantan, kira-kira 40 kilometer ke arah tenggara Kuala Krai.
Masa pemerintahan Cik Siti Wan Kembang di Gunung Chinta Wangsa sangat masyur. Pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri termasuk orang-orang Arab menjuluki Cik Wan Kembang dengan panggilan "Paduka Cik Siti". Paduka mempunyai seekor kijang yang akhirnya menjadi lambang kebesaran negeri Kelantan.
Pada masa pemerintahan Cik Siti Wan Kembang, berdiri kerajaan berpusat di Jembal dengan rajanya yakni Raja Sakti tahun 1638 M (1046 H). Setelah baginda mangkat, maka putera baginda, Raja Loyor menjadi Sultan pada 1649 M (1059 H). Sultan dianugerahi dua putra seorang putera, Seorang putra mangkat sewaktu masih kecil dan seorang puteri bernama Putri Saadong.
Hubungan baik telah terjalin di antara Kerajaan Cik Siti Wan Kembang dengan Kerajaan Loyor di Jembal. Baginda mengambil Puteri Saadong sebagai anak angkat yang akan mewarisi tahta kerajaan sepeninggalannya nanti.
Puteri Saadong yang cantik dan jelita digelari rakyat Gunung Chinta Wangsa sebagai Puteri Wijaya Mala. Kecantikan Puteri Saadong sampai pada Maharaja Siam yang kemudian melamarnya tetapi ditolak. Puteri Saadong dinikahi sepupunya yakni Raja Abdullah yang memerintah di Kota Tegayong dan kemudiannya dipindahkan ke Kota Jelasin di Kota Mahligai.
Puteri Saadong diculik Penglima Tentera Siam bernama Phraya Decho dan dibawa kepada Narai Maharaja Siam (1656-1688) namun akhirnya kembali ke Kelantan. Raja Abdullah akhirnya wafatterkorban kerana kena tikaman cucuk sanggul Puteri Saadong.
Selepas itu, Puteri Saadong melantik Raja Abdul Rahim, saudara raja Abdullah menjadi Sultan di Kota Mahligai pada 1671 M (1082 H) dan dinikahkan dengan janda Raja Abdullah, anak Penghulu Ngah Jembal. Selepas itu Puteri Saadong menjadi Raja di Bukit Marak dan sejak itu kisahnya tidak ada lagi.
Kemudian, Raja Abdul Rahim telah mangkat ditikam oleh rakyatnya di tepi Tasek Lelayang Mandi. Maka putus sudah sejarah "kerajaan mahligai". Namun muncul Kerajaan Jembal yang pada waktu itu diperintah Raja Omar yang bergelar Sultan Omar pada 1675 M (1086 H).
Raja Omar adalah adik Raja Loyor yang sebelum itu telah bergelar Temenggong Sultan Omar mempunyai lima orang putera dan puteri: Raja Kecil Sulung, Raja Ngah yang bergelar Raja Hudang, Raja Nah, Raja Sakti dan Raja Pah. 
Setelah Raja Omar mangkat pada 1721 M (1132 H), Baginda Long Bahar menjadi Sultan di Jembal atas kehendak puteri sulungnya, Raja Kecil Sulung. Baginda Long Bahar adalah putera Raja Petani (Wan Daim) yang bergelar Datuk Pengkalan Tua yang berhijrah ke Kelantan bersama ayahnya dan menikah dengan Raja Pah Binti Sultan Umar. Mereka bertempat tinggal di Sening dekat Jembal.
Long Sulaiman (Wan Anom Long Nik) anak Long Bahar dengan Raja Perempuan Patani bergelar Mas Kelantan mempunyai seorang putera bernama Long Yunus dan dua orang puteri, iaitu Tuan Dewi dan Tuan Kembang yang menikah dengan Long Deraman putera Tuan Senik Geting yang memerintah di Legeh. Pada 1756 M (1169 H) ada serangan untuk merebut takhta dan akhirnya Long Sulaiman gugur. Berikutnya Long Pandak, sepupu Long Sulaiman telah dilantik menjadi Raja Kubang Labu, dan adiknya pula Long Muhammad dilantik menjadi Raja Muda.
Kemudiannya pada 1758M, Long Pandak meninggal di tangan Long Deraman yang membalas dendam terhadap perbuatan Long Pandak yang membunuh isterinya Tengku Tengah iaitu adik Long Deraman. Selepas itu Long Muhamad dilantik menjadi Sultan di Kota Kubang Labu. 
Pada masa pemerintahan Long Muhammad muncul perang antara pihak Long Muhammad yang dibantu oleh Long Deraman dan Penghulu Umar Kampung Laut dengan Long Yunus yang dibantu Long Gafar seorang putera kepada Raja Reman di Hulu Perak, Sepupunda Long Yunus iaitu Mandur Mis dan Penghulu Adas (ipar pula kepada Mandur Mis). Dalam peperangan pada 1762 M, Pihak sebelah Long Muhammad dan Long Deraman tewas dan Kerajaan Kubang Labu dikuasai oleh Long Yunus. Karena berjasa membantunya dalam peperangan itu, Long Yunus melantik Long Gaffar menjadi Perdana Menteri bergelar Engku Sri Maharaja Perdana Menteri memerintah dari kawasan Jeram sampai ke Pasir Tumbuh. Mandur Mis dilantik sebagai Mendahari Negeri bergelar Engku Mendahari Seri Maharaja Wangsa memerintah Lundang, 
Penghulu Adas memerintah di sebelah hulu Sungai Nilam Puri bergelar Penghulu Menteri Seri Bija D'Raja dan Raja Langsuring memerintah Sebelah Hulu Pulau, Tanah Merah bergelar Engku Pahlawan Seri Maharaja Dalam. Baginda Long Yunus menyatukan seluruh pemerintahan negeri Kelantan.